Pagi itu udara sangat
sejuk,dengan dihiasi kicauan burung yang bernyanyi merdu,menambah indah
suasana,disinilah aku dilahirkan dan ditempat inilah kedua orang tua ku
tinggal,Saat ini aku berusia 10 tahun,Sedikit banyak aku sudah merasakan asam
garam kehidupan.Di tempat ini aku di besarkan bermain dan belajar,tentang
indahnya keakraban berasama tetangga dan teman-temanku.Orang tuaku merupakan
seperti orang tua yang ada didesa pada umumnya,di dalam kentalnya budaya adat
melayu yang di pegang teguh oleh keduanya,Ayahku adalah seorang muslim yang
taat,beliau selalu mengingatkan akan pentingnya kehidupan akhirat dan tanpa melupakan
kehidupan dunia,ayah ku adalah bekerja sebagai pedagang ikan keliling,ia
berjualan selepas sholat subuh hingga menjelang dzuhur,tak pernah terucap
sekali pun dari mulutnya kata-kata keluhan,ia selalu mengutamakan kejujuran.aku
ingat saat ia menasehatiku “Hamdan bersyukur itu merupakan pintu bagi manusia
untuk mendekatkan diri kepada tuhan,dengan bersyukur hati akan menjadi tenang
dan keikhlasan akan di dapat”.Menurutku itu adalah komitment teguh yang di
pegang ayahku,saat itu aku belum mengerti maksudnya,tetapi kata-kata itu selalu
terngiang di telingaku.Sedang ibuku,beliau seorang ibu rumah tangga seperti
pada umumnya,yang kesehariannya memasak,mencuci,membereskan rumah dan sebagainya,satu
hal yang menjadikan ibuku spesial adalah perhatiannya terhadapku,bisa dibilang
begitu,karena ibu dirumah mempunyai kebiasaan yang menurutku mengganggu,tetapi
sebagai seorang anak aku harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang
tua ku,beberapa kebiasaan rutin itu diantaranya,
Setiap hendak berangkat
sekolah,aku harus sarapan dahulu dengan masakan yang melegenda dalam sejarah
sarapan pagi yaitu nasi goreng,nasi goreng ini bukan nasi goreng seperti yang
di sediakan di warung atau restoran,tetapi perpaduan antara cabai,bawang,ikan
teri bisa dibilang apa adanya,bahkan sering terkesan nasi goreng yang
dipaksakan.ya kadang bawang saja,tetapi walaupun begitu,kelezatannya tak
tertandingi dan yang pasti tidak ada mungkin saya rasakan di tempat lain,
Sedang kebiasaan selanjutnya
setelah pulang sekolah,yang pertama ditanya “Hamdan jangan lupa baju
digantung,tas di rapikan,langsung mandi,jangan lupa sholat setelahnya” itu yang
selalu di bilang ibu,aku hanya bisa menyahut kecil “ya bu “ ,kadang teringat
dalam pikiranku saat bertamu kerumah teman,yang pertama yang ditanya rata-rata
ibu mereka “Sudah makan nak?”.sebagian besar pertanyaannya sama,pokoknya tak
satu pun dari orang tua temanku menanyakan pertanyaan itu.lantas dengan semua
yang ada dalam pikiranku,aku tak pernah mengeluh,aku sadar ibuku tidak mau
anaknya hanya tertempa untuk kehidupan dunia saja,karena sholat merupakan
jembatan untuk meningkatkan keimananku dalam menapaki hidup.
Kebiasaan ketiga,kebasaan
ini kadang saya sukai kadang juga tidak saya sukai,ya karena kebiasaan ibuku
selalu memeriksa nilai yang ada di buku-buku latihanku,ketika nilainya
bagus,biasanya pelajaran ilmu pasti dan pelajaran agama islam,jika nilai bagus
ibu pasti blang “heeemmm begini la,gak
salah ibu bilangkan,belajar yang bagus pasti dapat nilai yang baik” mendengar
perkataan itu aku bisa tersenyum sumbringan,tetapi ketika dapat nilai
jelek,langsung dunia seakan berhenti berputar,yang terjadi hanya suara halilintar
yang menyambar bumi disiang bolong,ya ibu dengan kata-kata penuh nasehat yang
menusuk jantung,dalam keadaan ini aku bukannya mati hanya ada rasa bersalah
dalam hatiku,namun selain itu kata-kata ibu menguatkan tekad dalam
diriku,begitulah hari-hariku dirumah dengan segala peraturan yang ada yang
tidak bisa saya jabarkan semuanya.bersambung.....